Jakarta (pilar.id) – Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) akan memicu resesi global. Menurutnya, hal itu bisa terjadi apabila tidak mendapatkan penanganan dengan baik.
“Dengan kejadian ini, dan ini dipicu di sektor keuangan, ya saya rasa ini kok bisa memicu resesi kalau tidak segera ditangani,” kata Eko, di Jakarta, Kamis (16/3/2023).
Padahal, lanjut Eko, isu resesi yang sempat mengkhawatirkan dunia sudah mendapatkan angin segar dengan dibukanya perekonomian China pascapandemi Covid-19. Lembaga-lembaga internasional bahkan telah memangkas prediksinya terkait resesi global yang diprediksi bakal terjadi pada 2023.
“Lembaga-lembaga internasional memangkas probability resesinya, artinya menaikkan sisi optimismenya begitu,” kata dia.
Situasi global, kata Eko, tidak mudah. Menurutnya, potensi resesi tidak akan terhindarkan apabila negara-negara maju menggunakan skema menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi.
“Kenapa? Ya kalau bank sentral di dunia ini terus mengerek suku bunga, yang terjadi lama-lama juga resesi,” jelas Eko.
Eko menambahkan, the Fed menjadi biang kerok terkait suku bunga acuan. Ketika Bank Sentral di Amerika Serikat tersebut menaikkan suku bunganya, maka negara-negara lain dipastikan bakal mengikutinya.
“Mengimbangilah. Kenapa? Karena di negaranya juga mengalami inflasi, seperti Uni Eropa tadi. Yang kedua, mencegah capital itu keluar dari negara masing-masing. Itu juga yang terjadi di Indonesia,” kata dia.
Eko melihat The Fed masih ada ruang untuk menahan suku bunganya pada Maret ini. Meski begitu, The Fed juga diperkirakan masih akan agresif untuk menaikkan suku bunga acuannya.
“Nah setelah SVB ini apakah masih akan tetap agresif. Ya dugaan saya harusnya dia tidak agresif,” kata dia. (ach/fat)