Jakarta (pilar.id) – Selain sehat dari Covid-19, peran kesehatan mental pada anak dinilai sangat penting. Semua pihak diharapkan dapat meningkatkan kesehatan mental anak, hal itu bertujuan untuk menunjang kehidupan anak saat dewasa.
Psikolog Anak, Annelia Sari Sani menilai, gangguan mental pada usia anak hingga remaja dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Dari mulai menimbulkan masalah pada perilaku, gangguan emosional dan sosial, gangguan perkembangan dan belajar, gangguan perilaku makan dan kesehatan, hingga gangguan relasi dengan orangtua.
Tidak seperti gangguan kesehatan lainnya, kata Annelia, tanda-tanda gangguan kesehatan mental pada anak cenderung sulit untuk dilihat.
“Dengan begitu, penting bagi orangtua untuk lebih peka terhadap perubahan perilaku anak dan memberikan penanganan sejak dini, guna meminimalisasi risiko jangka panjang saat anak tumbuh dewasa,” kata Annelia, Sabtu (18/12/2021).
Di Indonesia, hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) 2018 menunjukkan, prevalensi gangguan mental emosional remaja usia di atas 15 tahun meningkat menjadi 9,8 persen dari sebelumnya 6 persen pada 2013.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga mencatat, 15 persen anak remaja di negara berkembang berpikiran untuk bunuh diri. Bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di dunia bagi kelompok anak usia 15-19 tahun.
Sayangnya, masih banyak stigma yang kerap diterima oleh penderita gangguan mental di Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Asaelia Aleeza selaku Co-founder Ubah Stigma, sebuah komunitas dengan misi meningkatkan kesadaran mengenai kesehatan mental untuk melawan stigma terhadap isu kesehatan mental.
Ketika Ubah Stigma berinteraksi dengan anak muda yang mengalami gangguan mental, stigma yang paling sering ditemui adalah rasa malu dan bingung. Kebanyakan anak muda malu mengakui bahwa memiliki gejala-gejala gangguan mental serta tidak memahami solusi alternatif yang mereka miliki.
“Saya percaya bahwa dengan membuka komunikasi dua arah secara lebih intensif dengan orangtua, maka penanganan gangguan kesehatan mental dapat dilakukan sejak dini,” kata Asaelia.
Selain itu, keterbatasan kapasitas tenaga profesional dan fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan khusus kesehatan mental menjadi kendala tersendiri, khususnya di luar kota besar. Dengan begitu, kehadiran telemedicine dapat menjadi salah satu solusi atas keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan mental.
Siapapun yang memiliki ponsel pintar dengan akses internet, dapat menikmati layanan konsultasi daring ini. “Pemanfaatan telemedicine juga menjadi salah satu solusi deteksi dan konsultasi gangguan mental pada anak secara lebih mudah, aman, dan terjangkau dengan privasi yang tetap terjaga,” tutupnya. (her)