Jakarta (pilar.id) – Menjadi korban kekerasan seksual pasti menimbulkan luka yang cukup berat di psikologis seseorang. Termasuk mengalami rasa tidak aman dan trauma. Namun, para korban bisa melakukan self healing untuk bisa memulihkan diri secara perlahan.
Seperti yang disampaikan oleh Konselor Ruang Aman Perempuan Berkisah, Inda Marlina. Menurutnya, self healing bisa dilakukan untuk para penyintas kekerasan seksual. Pasalnya, tak sedikit para penyintas kekerasan seksual mengalami trauma mendalam hingga gangguan kesehatan mental.
“Self healing dapat digunakan penyintas untuk membangun kepercayaan diri dan menguatkan diri agar lebih berdaya,” kata Inda, di Jakarta, Sabtu (27/8/2022).
Ada beberapa cara untuk melakukan self healing bagi para penyintas kekerasan seksual. Di antaranya, menulis ekspresif, dan olah rasa melalui art journal yang bermanfaat untuk merekam kondisi diri apabila penyintas membutuhkan bantuan profesional, seperti psikolog.
“Perlu diingat, self healing hanya digunakan untuk proses pemulihan yang dapat kita atasi sendiri terlebih dahulu,” kata dia.
Sementara itu, psikolog Dinihari Suprapto mengatakan, self healing bagi kekerasan seksual dapat dilakukan dengan merekam rasa melalui jurnal visual. Dijelaskan Dinihari, art journal dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresi, menyimpan emosi, dan menyimpan ide.
“Wujudnya seperti apa sih? Versi aku, bagimana mengolah warna, model garis, atau simbol-simbol tertentu itu secara random,” kata dia.
Ditambahkan Izzuliyah Nur Baitullah yang juga konselor Ruang Aman Perempuan Berkisah menuturkan, self healing bagi penyintas kekerasaan seksual dapat dilakukan dengan meditasi dan mindfulness. Terapi mindfulnes merupakan kondisi untuk menyadari, menerima, dan menemukan makna baru.
“Ketika kita mempraktekkan mindfulnes, akan menstimulus pikiran kita yang tadinya selalu ke arah kiri atau negatif. Nah mindfulnes mendorong kita untuk lebih menemukan pemaknaaan baru yang akan lebih menghidupkan diri kita,” kata dia. (fat)