Jakarta (pilar.id) – Dua tahun sudah pandemi Covid-19 terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Beberapa negara menyatakan bahwa krisis ini telah usai, meski hidup jutaan jiwa masih berada di tengah ambang kerentanan.
Tingkat vaksinasi yang dinilai masih rendah, sistem kesehatan yang lemah serta kapasitas diagnostik menjadi beberapa faktor penghambat agar transisi menuju kehidupan dengan kenormalan baru.
Menurut Presiden Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, Fransisco Rocca, untuk bisa hidup berdampingan dengan virus corona adalah sesuatu yang mewah. Tidak semua orang dari seluruh dunia memiliki keberuntungan merasakan hal tersebut.
Hal ini tidak bisa lepas dari terbatasnya akses terhadap vaksin, pelayanan diagnostik, serta infrastruktur kesehatan yang mumpuni untuk bisa menyelamatkan banyak jiwa dari serangan virus yang bermula menyebar dari Wuhan, China ini. Termasuk dari kemungkinan lahirnya varian virus baru yang lebih berbahaya.
“Memastikan akses yang merata terhadap seluruh fasilitas tersebut, adalah satu-satunya upaya agar kita dapat hidup kembali normal. Tidak ada yang selamat hingga semua kita terlindungi,” ujar Francesco Rocca, Rabu (16/3/2022).
Relawan dan staf Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di seluruh dunia memastikan kesetaraan akses terhadap vaksin kepada masyarakat marginal dan rentan. Peran relawan sangatlah penting, tidak hanya untuk membantu masyarakat mendapatkan vaksinasi.
Namun, juga untuk menyampaikan informasi, membangun kepercayaan dan memberantas disinformasi terkait covid-19. Sejak awal pandemi, mereka telah menjangkau kurang lebih 300 juta individu melalui kegiatan ini.
PMI sendiri menargetkan 2 juta dosis vaksinasi dengan dukungan Kemenkes. Berdasarkan data, jangkauan vaksinasi alokasi khusus PMI telah terdistribusi sekitar 1 juta dosis di 29 provinsi dan 420 kabupaten/kota. Selain vaksinasi alokasi khusus 2 juta dosis, PMI juga telah terlibat dalam kolaborasi lokal menggunakan vaksin alokasi dinas kesehatan yang telah menjangkau lebih dari 1 juta orang di seluruh Indonesia.
Palang Merah Zambia aktif melakukan kampanye jemput bola untuk melakukan vaksin ke daerah yang sulit terjangkau. Relawan juga dimobilisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat bersama tokoh masyarakat yang bertujuan agar Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) dapat diimplementasikan mengingat Zambia merupakan salah satu negara dengan sistem kesehatan yang rentan dan dinilai memiliki tingkat penyebaran hoaks yang tinggi dan cepat.
Gelombang infeksi di Afghanistan juga memorakporandakan sistem kesehatan. Bulan Sabit Merah Afghanistan meningkatkan kapasitas pelayanannya di klinik kesehatan dan rumah sakit rujukan COVIID-19 di Kabul serta mendukung upaya vaksinasi bersamaan dengan kampanye informasi untuk mencegah penyebaran virus.
Virus covid-19 untuk pertama kalinya merajalela di wilayah Pasifik. Tingginya angka kasus tentunya berdampak kepada sistem kesehatan. Relawan Palang Merah di Fiji, Vanuatu, dan 165 pulau sekitarnya, menggunakan berbagai upaya melalui mobil dan kapal untuk menjangkau masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil agar mampu memberi akses terhadap vaksinasi dant informasi tentang covid-19.
Covid-19 tidak hanya berdampak dengan terbentuknya ketidaksetaraan serta kemiskinan tetapi meningkatkan kekerasan domesik dan isu kesehatan mental. Wanita, komunitas urban, dan migran juga merasakan pengaruh dari dampak sosial-ekonomi. Lebih dari 5 juta anak-anak telah kehilangan orang tuanya akibat covid-19. Dukungan psikososial telah menjadi bagian integral layanan kami serta kepada relawan.
“Pandemi ini bukan hanya sebuah krisis kesehatan. Seluruh elemen masyarakat harus memikul beban dari dampak sosial ekonomi serta kesehatan mental dalam beberapa tahun kedepan. Kita tidak bisa membiarkan covid-19 terus menerus berdampak kepada negara rentan dengan tingkat kemiskinan yang memprihatinkan. Penting sekali agar seluruh pihak ikut serta dalam upaya pemulihan untuk membangun masyarakat yang kuat dan memiliki sistem kesehatan yang kuat,” kata dia. (her/fat)