Jakarta (pilar.id) – Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengatakan, pertumbuhan investor pasar modal meningkat signifikan selama tiga tahun terakhir. Kinerja pasar modal juga menunjukkan peningkatan di awal tahun 2022.
Hingga akhir April 2022, Single Investor Identification (SID) telah mencapai 8,62 juta investor. “Atau telah meningkat 15,11 persen secara year to date (ytd),” ungkap Hoesen, di Jakarta, Selasa (24/5/2022).
Menariknya, jumlah investor ritel didominasi oleh kaum milenial dengan kelompok usia di bawah 30 tahun, sebesar 60,29 persen. Selanjutnya kelompok usia 31-40 menempati urutan kedua dengan prosentase 21,59 persen.
Sementara untuk kinerja pasar modal hingga 13 Mei 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah berada di posisi 6.597,99 atau naik sebesar 0,25 persen(ytd). Sedangkan nilai market kapitalisasi juga mencatatkan peningkatan sebesar 7,37 persen (ytd) menjadi Rp8.861 triliun.
Hoesen menambahkan, berbagai indikator kinerja pasar modal yang positif tersebut memberikan optimisme terhadap perkembangan pasar modal di Indonesia tahun ini. Namun, Indonesia masih harus mewaspadai perkembangan geopilitik dan ekonomi dunia yang terus bergerak dinamis.
Sementara itu, Kepala Bagian Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Investasi OJK Inna Indrati berbagi tips cara memulai investasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi, hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan lembaga investasi sudah berizin.
Kemudian, investor dapat memulai berinvestasi dari tingkat risiko terendah. Reksana dana pasar uang bisa menjadi pilihan dikarenakan memiliki risiko paling rendah.
Selanjutnya mulailah dengan nominal yang paling kecil agar tidak mengalami banyak kerugian. Lakukan investasi secara reguler.
“Kita biasanya mengenal reksa dana yang penjualannya secara instalment, jadi setiap bulan dilakukan dengan jumlah yang tetap dan dilakukan secara periodik,” kata Inna.
Menurut Inna, dengan membiasakan berinvestasi dalam reksa dana secara terus menerus akan membuat semakin mengenal industri reksa dana. Sehingga, investor diharapkan dapat menentukan besaran investasi selanjutnya.
Terakhir, harus dimulai dari sekarang. Menurut Inna, memulai segala sesuatu memang paling sulit untuk dilakukan. Namun, jika tidak memulainya dari sekarang, maka tidak akan segera merasakan nikmatnya berinvestasi.
“Apabila kita sudah mencoba yang risiko rendah, kemudian kita mendapatkan manfaat, kita sudah semakin pintar, kita bisa beranjak kepada jenis reksa dana yang menawarkan return lebih tinggi dengan tingkat risiko lebih tinggi pula,” tutupnya. (ach/din)