Surabaya (pilar.id) – Kian hari sungai di Indonesia, apalagi di Pulau Jawa, makin tercemar. Berbagai limbah, baik limbah perusahaan, rumah tangga, UMKM, dan sebagainya, mengalir ke sepanjang sungai di Jawa.
Mirisnya, dari air yang tercemar tersebut pemerintah masih tetap memanfaatkannya untuk dijual dan dipakai pelanggan sebagai air minum.
Atas kondisi itulah, Ecological Observation and Werlands (ECOTON), membuat film dokumenter bersama Watchdoc mengenai kondisi tiga sungai di Jawa, yaitu Sungai Kali Brantas, Bengawan Solo, dan Sungai Citarum.
Disampaikan Daru Setyorini, peneliti di ECOTON, pihaknya menyiapkan 20 episode. “Tujuh sampai delapannya membahas tentang Sungai Kali Brantas, sedang lainnya membahas Bengawan Solo, dan Citarum yang masih proses editing,” jelasnya setelah acara Nonton Bareng Ekspedisi 3 Sungai dan Diskusi di Hotel Suite, Surabaya, Selasa (18/1/2022),
“Tiga bulan lagi kita akan rilis episode semua. Syutingnya di tahun lalu, tepatnya ketika bulan puasa,” jabarnya.
Dalam diskusi ini Daru menyebut ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam mengurangi sampah masyarakat, diantaranya mengganti bugkus makanan yang semula plastik dengan daun-daunan. Seperti daun jati, pisang atau bawa wadah.
“Jika sudah mengurangi sampah, maka memilah sampah organic dan non organic juga perlu dalam mengurangi sampah. Sampah organic bisa dimanfaatkan sebagai kompos, setiap rumah punya rumah kompos sendiri, jadi sampah organik bisa teratasi,” tutur wanita 45 tahun ini.
Film yang rata-rata tiap episodenya berdurasi 30 hingga 40 menitan ini, menyuguhkan kondisi sungai Jawa dari hulu ke hilir, hingga kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah di sungai, serta beberapa perusahaan yang tidak bertanggung jawab atas sampah yang mereka produksi dan kurangnya kepedulian pemerintah terhadap sampah plastik yang mencemari sungai
“Dari film ini, kita berharap masyarakat dapat tergerak untuk lebih peduli dengan sungainya, serta peran pemerintah yang tak hanya diam, namun bisa memfasilitasi agar masyarakat tak membuang sampah sembarangan ke sungai lagi,” tegasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dandhy Laksono, Sutradara film Watchdoc. Ia menyampaikan dari film ini, masyarakat dari kalangan apapun bisa menyadari kerusakan sungai di Jawa yang bukan lagi sebatas isapan jempol, namun sudah jauh dari ukuran air bersih.
“Kita tidak bisa, hanya menyalahkan masyakarakat menengah kebawah, karena membuang sampah di sungai, banyak juga orang yang pakai mobil mereka membuang sampahnya disungai, jadi bukan dari status sosial,” pungkasnya.
Ia juga menambahkan, dari film yang rilis sejak Desember tahun lalu ini, dapat menyadarkan ke seluruh masyarkat Indonesia. Jika Jawa bukanlah tempat yang pantas untuk peradaban selanjutnya, bila masyarakatnya tidak peduli dan enggan bertindak atas kerusakan sungai saat ini.
“Orang jaman dahulu, juga membuang sampah ke sungai, tetapi yang dibuang sampah organik, seperti kulit bawang dan daun yang masih bisa cepat diproses alam. Namun saat ini, manusia membuang sampah yang sulit diproses dan beracun bagi mereka sendiri,” jelasnya.
Acara Nonton Bareng Ekspedisi 3 Sungai tak berhenti pada acara kemarin malam, namun juga akan ada diskusi di tempat lainnya. “Kita akan siap, jika ada teman-teman yang mengadakan nonton bareng dan diskusi dengan kita,” ucap Daru
Setelah ini, Daru menyampaikan ECOTON akan melanjutkan ekspedisi mereka, ke sungai lainnya, yaitu ke sungai Kalimantan yang ditargetkan berjalan pada Maret tahun ini
“Selanjutnya kita berencana, mau menelusuri sungai di Kalimantan dengan naik sepeda motor,” tutupnya. (jel/hdl)