Bantul (pilar.id) – Sebanyak 30 santripreneur perwakilan santri aktif dan alumni pondok pesantren (PP) se-DI Yogyakarta mengikuti Festival UMKM Santri di Pendopo Parasamya, Bantul, Senin (5/2/2023).
Agenda yang digelar Pergerakan Relawan Kemanusiaan dan Lingkungan Indonesia (PRK-I) dan PLN Peduli ini menjadi rangkaian penutup kegiatan pelatihan seperti pendampingan digital marketing, desain, dan brand awareness yang diselenggarakan sejak satu bulan lalu.
“Kami memfasilitasi bagaimana mereka memiliki peran yang sangat besar untuk kebangkitan ekonomi khususnya di UMKM santri,” kata Ketua Umum PRK-I, Luthfi Hizba Rusydia usai pembukaan pameran.
Dikatakan Luthfi, dari kegiatan tersebut membuahkan hasil seperti value transaksi yang meningkat, yang awalnya disetor ke pengepul sekarang sudah bisa pemasaran mandiri melalui marketplace dan media sosial.
“Kelebihan dari UMKM berbasis pesantren ini kuatnya modal sosial karena berada dalam ekosistem yang besar. Jadi, begitu ada UMKM yang muncul maka potensi perkembangan juga akan ada karena sebelumnya ekosistem yang solid sudah ada,” tambahnya.
Selain di DIY, lanjut Luthfi kegiatan ini juga digelar di dua provinsi lain yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan masing-masing perwakilan 30 santripreneur. Nantinya, ketiga wilayah dengan total 90 santripreneur di tiga provinsi akan dipantau perkembangan sehingga bisa lebih spesifik serta hasil binaan bisa terlihat.
Sementara itu, Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengungkapkan produk UMKM menjadi salah satu produk yang mendominasi ekspor di Indonesia dan Bantul berpeluang sangat besar untuk mengembangkan perekonomian nasional.
“Santri itu orang-orang yang bisa membangun kesalehan dirinya, baik ke Tuhan ataupun manusia. Agar santri bisa lebih berperan di dalam masyarakat dan pembangunan maka ia harus mandiri, salah satunya dibangung kewirausahaanya,” terangnya.
Menurutnya, apabila para santri mandiri dan memiliki kemampuan ekonominya yang besar, santri tersebut semakin banyak bisa mendarmabaktikan hidupnya di masyarakat.
Pihaknya pun sangat mendorong pengembangan, pasalnya metode pemasaran semakin berubah dengan memanfaatkan peranan dan cara baru supaya tidak tertindas dan tertinggal.
“Karena dia orang saleh, orang baik. Nah orang yang baik-baik ini supaya menjadi kaya bagaimana, supaya yang kaya itu bukan orang-orang yang jahat tapi orang baik maka harus dibangun kewirausahaan santri ini, santri digdaya maka Indonesia akan jaya,” tutupnya. (riz/hdl)