Jakarta (pilar.id) – Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta, pemerintah lebih cermat dan komprehensif dalan mengatasi surplus listrik atau over suplly PT PLN (Persero). Jangan sampai, kata Mulyanto, rakyat dikorbankan dengan menghapus daya pelanggan 450 volt ampere (VA).
“Kebijakan pemerintah menghapus golongan daya pelanggan listrik 450 VA tidak berperasaan dan terburu-buru,” tegas dia, di Jakarta, Kamis (15//9/2022).
Mulyanto meminta, penghapusan golongan pelanggan listrik berdaya 450 VA dengan menaikkan daya menjadi 900 VA tetap harus diberikan subsidi. Kemudian perpindahan daya tersebut juga diberikan secara gratis tanpa dipungut biaya apapun.
“Jangan subsidinya ikut dihapus. Ini akan memberatkan rakyat,” katanya.
Politikus PKS ini juga meminta pemerintah konsultasi terlebih dahulu dengan Komisi VII DPR RI, sebelum mengambil kebijakan tersebut. “Komisi VII DPR RI dalam waktu dekat akan memanggil pihak terkait meminta keterangan soal ini,” terang Mulyanto.
Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak mengatakan, seiring peningkatan penggunaan listrik akan membuat jumlah subsidi bengkak. Berdasarkan data tahun 2021, ada 32,5 juta konsumen rumah tangga yang menerima subsidi. Jumlah tersebut terdiri dari 24,3 juta konsumen rumah tangga dengan daya listrik 450 VA dan 8,2 juta konsumen rumah tangga 900 VA.
“Apa pemerintah mau menanggung pembengkakan biaya subsidi listrik. Lha sekarang saja sudah mengeluh karena besarnya subsidi listrik untuk rakyat miskin dan rentan miskin,” kata Amin.
Adapun total subsidi yang harus dikeluarkan untuk kedua golongan konsumen tersebut mencapai Rp32,184 triliun atau 65 persen dari total subsidi listrik tahun anggaran 2021 sebesar Rp49,76 triliun. Dengan penambahan daya menjadi 900 VA dan asumsi besaran subsidi tidak berubah, maka jumlah subsidi untuk rumah tangga miskin dan rentan miskin akan meningkat sedikitnya menjadi Rp35,1 triliun.
Di sisi lain, dengan naiknya daya akan membuat konsumsi listrik rumah tangga juga ikut naik. Peningkatan konsumsi itu memang merupakan target yang diinginkan pemerintah untuk mengurangi pasokan berlebih.
“Saya prediksi, peningkatan konsumsi secara keseluruhan tidak akan terlalu signifikan, di sisi lain jumlah subsisi akan meningkat tajam,” kata Amin.
Terkait penggunaan kompor listrik untuk mengurangi penggunaan gas LPG 3 kg, Amin juga mengaku ragu. Sebab, daya yang dibutuhkan untuk sebuah kompor listrik cukup besar. Dengan teknologi terbaru saja buatan China misalnya, daya kompor listrik itu masih 600 watt ke atas.
“Apa iya konsumen rumah tangga miskin dan rentan miskin akan berbondong-bondong beralih ke kompor listrik?” tandas Amin. (ach/fat)