Surabaya (pilar.id) – Bagi bangsa Indonesia, mitos yang tumbuh turun temurun kerap berkembang jadi sesuatu hal yang sulit dihindari. Seperti larangan makan di pintu depan rumah, anjuran tak mengenakan baju ungu bagi perempuan yang baru menikah, hingga mitos pemilihan warna pakaian dan pengaruhnya terhadap kesehatan kulit.
Sebagian masyarakat meyakini bahwa menggunakan pakaian dan aksesoris berwarna gelap dapat menyebabkan kesehatan kulit terganggu. Benarkah demikian?
Menurut dokter spesialis kulit dan kelamin, dr M Yulianto Listiawan, SpKK(K) FINSDV FAADV, anjuran terkait pakaian gelap dapat menyebabkan kelainan kulit itu hanya mitos belaka.
Meskipun pemakaian baju berwarna gelap menyebabkan rasa gerah pada tubuh, tetapi hal tersebut tidak berkaitan dengan kelainan kulit.
“Itu hanya mitos. Memang rasanya lebih panas jika menggunakan pakaian hitam. Tapi itu justru punya manfaat karena panasnya diserap, tidak diteruskan ke kulit,” ungkapnya.
Faktor utama penyebab kelainan pada kulit justru terletak pada paparan sinar matahari yang terus-menerus menyentuh kulit. Ketua umum PERDOSKI ini menjelaskan, setiap pakaian dengan ragam warna memiliki respon berbeda terhadap sinar matahari.
Khusus pakaian hitam atau gelap, dokter yang kerap disapa Wawan itu menuturkan bahwa warna hitam memiliki kemampuan menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi panas tanpa meneruskannya ke kulit.
“Hitam tidak memantulkan apa-apa, malahan menyerap sepenuhnya sinar matahari. Hitam itu bagusnya apa? Artinya sinar matahari tidak diteruskan ke kulit kita, jadi dia justru melindungi kulit kita,” tuturnya.
Bagaimana dengan masker hitam yang konon bisa menyebabkan lebih banyak jerawat? Lagi-lagi Yulianto mengatakan, ini juga mitos. Katanya, pemilihan warna masker sama sekali tidak memengaruhi kemunculan jerawat di wajah.
“Masker menyebabkan jerawat itu memang ada, tapi tidak dipengaruhi warna. Ya kalaupun berkaitan dengan warna, itu lebih kepada kemampuannya menyerap sinar matahari tadi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Yulianto menyebut jika kemunculan jerawat yang disebabkan pemakaian masker justru diakibatkan oleh tertutupnya wilayah kelenjar Sebaceous.
Selain itu, kondisi munculnya jerawat dikarenakan pemakaian masker terlalu sering juga tidak terjadi pada semua orang, melainkan tergantung pada kondisi kulit bawaan masing-masing.
“Yang menyebabkan jerawat itu ya karena masker dipakai terus di wilayah yang kaya kelenjar Sebaceous penyebab jerawat. Sehingga, dia tidak bisa keluar dan menyebabkan kebuntuan. Akhirnya muncul jerawat,” ujarnya.
Terakhir ia menegaskan, pemilihan warna pakaian tidak memiliki pengaruh secara langsung pada kulit. Oleh karena itu, alih-alih selektif dalam pemilihan warna pakaian, selektif dalam memilih pakaian yang dapat menutup kulit harus lebih diutamakan lantaran pakaian terbuka dapat menyebabkan kulit yang ter-expose lebih mudah terbakar. (feb/hdl)