Jakarta (pilar.id) – Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menilai, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi berpotensi besar memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Menurut Bhima, semua pihak harus realistis, biaya produksi hingga biaya operasional naik, sementara permintaan menurun yang membuat pengusaha harus memotong biaya-biaya yang ada.
“Pelaku usaha dengan permintaan yang baru dalam fase pemulihan, tentu bakal mengambil jalan pintas yakni melakukan PHK massal,” kata Bhima kepada pilar.id, Senin (5/9/2022).
Kata dia, ekspansi sektor usaha bisa-bisa macet dan berefek kepada kontraksinya PMI manufaktur di bawah 50.
Sementara itu, bantuan sosial (bansos) yang hanya melindungi orang miskin dalam waktu 4 bulan, tidak akan cukup dalam mengompensasi efek kenaikan harga BBM. Kelas menengah rentan, naiknya harga Pertalite atau Solar membuat mereka berpotensi turun kelas menjadi orang miskin.
Data orang rentan miskin ini, kata Bhima, sangat mungkin tidak ter-cover dalam bantuan langsung tunai (BLT) BBM karena adanya penambahan orang miskin pasca-kebijakan harga bensin. Maka, pemerintah perlu mempersiapkan efek berantai naiknya jumlah orang miskin baru dalam waktu dekat.
Alih-alih melakukan pembatasan dengan menyasar pengguna Solar, misalnya yang selama ini dinikmati industri skala besar, pertambangan dan perkebunan besar, justru cara pemerintah mengambil langkah menaikkan harga BBM subsidi tidak tepat. Cara ini merupakan mekanisme yang paling tidak kreatif.
“Tujuan utama untuk membatasi konsumsi Pertalite subsidi juga tidak akan tercapai, ketika disaat bersamaan harga Pertamax ikut naik menjadi Rp14.500 per liter. Akibatnya pengguna Pertamax akan tetap bergeser ke Pertalite,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo mengatakan, pemerintah sudah berupaya sekuat tenaga untuk melindungi rakyat dari gejolak harga minyak dunia. Menurut Jokowi, menaikan harga BBM subsidi adalah pilihan terakhir pemerintah. Kata dia, pemerintah mengalihkan subsidi BBM, sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini subsidi akan alami penyesuaian.
“Saat ini pemerintah membuat keputusan dalam situasi yang sulit. Ini adalah pilihan terakhir pemerintah yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM akan mengalami penyesuaian,” kata Jokowi dalam Konferensi Pers Presiden Jokowi dan Menteri Terkait perihal Pengalihan Subsidi BBM yang ditayangkan akun YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (3/9/2022).
Harga Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000. Solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800. Harga Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter. (her/hdl)