Jakarta (pilar.id) – Koordinator Tim Pakar Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Prof Wiku Adisasmito mengatakan, per 10 November 2022, secara nasional tren kemunculan kasus baru semakin menurun dengan jumlah kasus aktif sebanyak 52.876 dari 573.998.
Menurutnya, melalui penerapan 5 strategi utama penanganan PMK, penambahan jumlah kasus aktif relatif mengalami penurunan.
“Dengan jumlah penambahan kasus aktif per 10 November 2022, sebanyak 622 kasus,” kata Wiku, di Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Adapun daerah yang masih aktif melaporkan wilayahnya terjadi penularan PMK sebanyak 26 provinsi, dan 307 kabupaten/kota. Sedangkan, sebanyak 9 provinsi dan 149 kabupaten/kota lainnya tidak lagi melaporkan adanya kasus PMK di wilayah tersebut.
“Terjadinya penurunan kasus aktif diperkuat oleh penerbitan peraturan-peraturan yang mengatur penanganan PMK, baik yang dikeluarkan Satgas PMK maupun kementerian/lembaga lain,” kata Wiku.
Wiku mengatakan, meski tren jumlah kasus PMK mengalami penurunan namun masyarakat tetap diimbau tetap waspada. Penanganan PMK juga diharapkan tidak kendor karena masih terdapat daerah hijau yang belum tertular penyakit pada hewan ternak tersebut.
“Perlu kita lindungi bersama,” pesan Wiku.
Kewaspadaan juga diperlukan karena masih didapati adanya penambahan daerah tertular PMK meskipun kasus yang ditemukan relatif kecil. Wiku mengatakan, target terbentuknya herd immunity sebagai tameng pelindung ternak masih belum tercapai di mayoritas daerah tertular PMK, saat ini.
Wiku menambahkan, pihaknya juga telah melakukan percepatan penanganan PMK dalam rangka pengamanan G20. Salah satunya, dengan membuat crash program sejak September 2022.
“Melalui crash program tersebut capaian vaksinasi meningkat hampir 50 persen dalam jangka waktu 6 minggu, yang didukung oleh laju vaksinasi harian meningkat 3 kali lebih cepat dibanding periode sebelum crash program,” kata Wiku. (ach/hdl)