Gresik (pilar.id) – Mengusung Tema ‘One Earth’, Deklarasi Aksi Brantas melibatkan 50 peserta terdiri dari wilayah Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto, Gresik dan Surabaya. Mereka diajak terlibat dalam pelatihan perduli sungai yang bertujuan menjaga kelestarian Sungai Brantas
Pada kegiatan kali ini, Ecoton bekerjasama dengan aktivis luar negeri, Dr Schuyler Houser Ph.D. Postdoctoral Researcher, Department of Water Resources, Faculty of Civil Engineering Delft University of Technology melatih komunitas yang terdaftar agar berperan dalam pemantauan sungai, menganalisa, dan membuat suatu rekomendasi untuk pemerintah.
Melihat kegiatan tersebut, Schuyler Houser menyampaikan bahwa dirinya senang bertemu dengan banyak komunitas yang sudah mempunyai banyak solusi.
Seperti halnya, dewi seorang ibu rumah tangga yang mengelola bisnis ramah lingkungan, lalu Nur Hamidah yang melakukan perlindungan bantaran sungai dengan kampanye popok sekali pakai, serta Endang yang mengkampanyekan kepada para pecinta alam agar setiap pendakian membawa sampahnya Kembali.
“Saya ingin mengadakan kegiatan di pertemuan berikutnya bersama dengan komunitas untuk membahas pemetaan permasalahan dan mencari rekomendasi untuk melakukan aksi,” ujar Schuyler.
Begitu pula dengan, Dr. Daru Setyorini selaku Manager Program Ecoton mengatakan bila pelatihan kali ini bertemakan Partisipasi Perempuan dan Pemuda dalam pengelolaan Sungai Brantas.
“Perempuan perlu di edukasi untuk terlibat dalam pengelolaan sungai brantas, karena perempuan juga korban dari lingkungan hidup yang tidak sehat, oleh karenanya kami mengajak perempuan, serta pemuda untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup,” ucap Daru
Dalam acara tersebut, peserta mengidentifikasi dan melihat pencemaran yang ada di Sungai Surabaya tepatnya di depan kantor Ecoton, seperti yang disampaikan oleh Eka Chlara Budiarti, selaku Kepala Laboratorium Ecoton bila peserta diajak untuk melihat mikroplastik yang ada di sungai dan menghitung kualitas air.
Perlu diketahui, mikroplastik adalah plastik yang berukuran kurang dari 5 mm akibat faktor lingkungan, seperti panas, limpasan air, dan faktor fisik lainnya. Selain itu, da 2 jenis mikroplastik primer dan sekunder.
Lebih rinci, mikroplastik primer adalah mikroplastik yang sengaja dibuat industri dengan ukuran mikro, seperti microbeads atau granul. Sedang mikroplastik sekunder adalah hasil degradasi plastik besar. Jika mikroplastik terlepas di sungai maka biota akan memakan mikroplastik yang berbentuk sama dengan plankton.
“Pada tahun 2018 hingga 2020 Yayasan Ecoton melakukan penelitian pada feses manusia, dalam 102 sampel, teridentifikasi semuanya mengandung mikroplastik, hal ini menjadi sebuah peringatan awal untuk kita bahwa mikroplastik sudah masuk dalam tubuh kita,” pungkas Chlara. (jel/hdl)