Surabaya (pilar.id) – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan larangan penarikan iuran siswa oleh komite sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan di Gedung Candra Kencana Surabaya pada Rabu (27/12/2023).
Wali Kota Eri Cahyadi menyampaikan pesan ini dengan tujuan menjadikan Surabaya sebagai kota yang ramah terhadap anak-anak. “Sekolah-sekolah di Surabaya ada untuk umat yang lebih besar, bukan untuk kepentingan komite. Komite boleh dibentuk, tetapi tidak boleh menyusahkan siswa-siswa lainnya dan tidak boleh mempengaruhi kebijakan kepala sekolah,” ungkap Wali Kota Eri.
Eri Cahyadi berharap agar tidak ada siswa yang merasa tidak nyaman atau terganggu di sekolahnya akibat kebijakan yang tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh wali kota. “Saya minta, kalau kepala sekolah punya komite, jangan pernah menarik apapun, uang apapun, atas nama komite. Itu baru kepala sekolah yang luar biasa,” tambahnya.
Eks Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini juga mengingatkan bahwa sekolah di Surabaya tidak boleh melakukan penarikan iuran terhadap siswa. Ia menegaskan bahwa pendekatan ini diperlukan karena keberagaman ekonomi keluarga di Surabaya, yang terdiri dari orang yang mampu dan tidak mampu.
“Sekolah ini terdiri dari orang (keluarga) yang mampu dan orang yang tidak mampu. Jangan membebankan kepada yang kurang mampu. Jadi saya minta, jika punya rezeki, sumbangkan uang itu kepada sekolah untuk kepentingan seluruhnya,” tegas Eri Cahyadi.
Wali Kota Surabaya menekankan kepada kepala sekolah dan guru untuk menjaga marwah pendidikan di kota ini. Ia khawatir bahwa adanya penarikan iuran sekolah dapat menyebabkan persaingan dan perasaan minder di antara siswa. “Pemkot sudah melarang, sudah tak larang (saya larang). Jadi tidak ada alasan apapun untuk meminta sumbangan kepada murid,” jelasnya.
Eri Cahyadi juga mengancam akan memberikan sanksi tegas terhadap oknum kepala sekolah dan guru yang melanggar larangan ini. “Kita akan peringatkan guru, (peringatan) satu, dua, tiga, ya dicopot,” ucapnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menambahkan bahwa penarikan iuran sekolah paling rawan terjadi menjelang wisuda. Untuk mencegah hal ini, Yusuf berharap kepada kepala sekolah untuk memeriksa kemampuan finansial orang tua siswa secara cermat.
“Kondisi perekonomian kini mulai membaik, tapi kita harus memahami bahwa ada orang tua yang mampu dan yang tidak. Sebagai solusi, Dispendik menggelar acara wisuda dengan kegiatan keterampilan siswa untuk mencegah persaingan,” jelas Yusuf. Acara wisuda yang fokus pada keterampilan siswa diharapkan dapat meningkatkan kreativitas dan memberikan kebanggaan bagi siswa. (rio/ted)