Yogakarta (pilar.id) – Dalam situasi panas mengenai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait batas usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), Ganjar Pranowo justru memilih untuk santai.
Saat politisi sibuk membicarakan isu tersebut, ia sibuk jagongan bareng seniman di Yogyakarta di rumah seniman terkemuka, Butet Kertaradjasa.
Diketahui, setelah putusan MK dibaca pada Senin (16/10/2023), Ganjar mengunjungi rumah Butet dan berkumpul dengan beberapa seniman dan budayawan terkemuka Yogyakarta. Seperti Slamet Rahardjo, Marwoto, Den Baguse Ngarso, Bambang Heras, Ong Hary Wahyu, Kus Indarto, Encik Krisna, Ndaru Ndarboy, dan banyak seniman lainnya.
Ganjar tiba di Yogyakarta sekitar pukul 20.00 WIB dan disambut hangat oleh Butet. Pertemuan dua sahabat lama ini menciptakan suasana yang sangat akrab.
“Mas Butet, kabar baik? Sudah lama tidak bertemu,” sapa Ganjar dengan senang.
Butet menjawab dengan senyuman dan menyatakan bahwa kondisinya baik. Ia mengundang Ganjar masuk ke rumahnya dan memamerkan beberapa lukisan karyanya.
“Ini ada yang baru, Mas Ganjar. Lukisan ini saya ciptakan hanya dengan satu kata, yaitu ‘Nusantara’. Ini adalah hasil dari dzikir saya yang penuh harapan untuk negeri ini. Segera akan dipamerkan,” ungkapnya, menunjukkan lukisan banteng yang terbuat dari kata ‘Nusantara’ kepada Ganjar.
Ganjar menjelajahi rumah Butet, melihat banyak lukisan dan karya seni lainnya. Setelah itu, ia tiba di ruang tamu dan disambut dengan antusias oleh para seniman lainnya.
“Karena Mas Ganjar datang, mari kita makan dulu. Ayo, sudah ada yang dimasak oleh istri saya,” ajak Butet.
Ganjar kemudian menikmati hidangan yang disajikan. Ia sangat senang dengan berbagai hidangan yang tersedia. Ada sambel terong petai, ikan wader, ikan asin jambal, dan lainnya.
“Ini luar biasa. Inilah yang selalu membuat saya rindu. Sambel terong petai buatan istri Mas Butet selalu istimewa,” kata Ganjar dengan senang.
Pertemuan tersebut diwarnai oleh obrolan ringan dan tawa, yang berlanjut hingga larut malam. Acara semakin seru dengan penampilan Encik Khrisna dan Ndarboy yang membawakan lagu-lagu terbaik mereka. Ganjar dan para seniman bergabung untuk bernyanyi dan berjoget bersama.
“Jadi, pertemuan malam ini hanyalah pertemuan biasa. Tidak ada maksud tertentu, terutama untuk merayakan keputusan MK. Itu hanya candaan,” kata Butet, yang disambut dengan tawa oleh Ganjar dan para seniman.
Selain obrolan santai, beberapa seniman dan budayawan Yogyakarta memberikan pesan kepada Ganjar. Slamet Rahardjo, misalnya, menekankan pentingnya menjaga hubungan dekat dengan seniman dan budayawan dalam membangun negeri.
“Menjaga hubungan dekat dengan seniman dan budayawan adalah langkah yang bijak. Ini berbeda dengan beberapa yang lain, yang terkadang tidak mengerti. Tapi, semakin mereka tidak mengerti dan tindakan mereka semakin tidak jelas, semakin mereka lucu. Ganjar pasti akan berhasil,” kata Slamet.
Ganjar sendiri menyatakan kebahagiannya bisa berdiskusi dengan para seniman Yogyakarta. Baginya, pertemuan seperti ini memberinya kesempatan untuk berbicara secara bebas, berbagi perasaan tanpa terikat oleh sekat-sekat dan jabatan, khususnya ketika bersama para seniman.
“Saya selalu merindukan suasana seperti ini. Di sini, kita santai dan berbagi kebahagiaan. Tempat Mas Butet ini adalah tempat yang paling cocok untuk berbicara dengan para seniman dan budayawan hebat ini,” katanya.
Pertemuan tersebut tidak hanya sarat dengan candaan, tetapi juga penuh dengan pesan moral dan nasihat yang diungkapkan dengan bahasa yang sangat menginspirasi.
“Meskipun kita terlihat ceria, namun pesan-pesan yang disampaikan sangat berarti. Pesan dan nasihat datang dalam bahasa seniman yang mendalam, penuh perasaan, dan memerlukan hati untuk memahaminya. Suasana seperti ini selalu membuat saya bahagia,” tambahnya. (hdl)