Jakarta (pilar.id) – Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay menilai pemerintah beum bekerja maksimal untuk mengatasi penyakit gangguan ginjal akut pada anak. Pasalnya, penyakit gangguan ginjal akut terus mengalami kenaikan hingga menembus 245 kasus dan sebanyak 141 penderita dinyatakan meninggal dunia.
“Masih saling tunggu. Antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) belum bersinergi,” kata Saleh, di Jakarta, Senin (24/10/2022).
Saleh mendesak pemerintah melakukan beberapa langkah agar angka kasus gangguan ginjal tidak mengalami kenaikan signifikan. Pertama, Kemenkes diminta segera mencari obat gangguan gagal ginjal dan segera memberikannya kepada para pasien yang terpapar.
“Tidak boleh berlama-lama, karena dikhawatirkan korban akan semakin banyak,” kata dia.
Selanjutnya, BPOM segera mengumumkan hasil pemeriksaannya terhadap kandungan obat sirup yang diduga sebagai penyebab penyakit tersebut. BPOM dinilai kurang tekun dalam melaksanakan pengawasan dan pengujian. Kalau sudah kejadian seperti ini baru sibuk dan terkesan kalang kabut.
Ketiga, mendesak Kemenkes dan BPOM agar obat-obatan yang disita untuk tidak dimusnahkan terburu-buru. Menurut Saleh, harus ada kejelasan dan klarifikasi terkait statusnya.
“Ini diperlukan agar produsen obat-obatan itu tidak dirugikan. Karena isu yang berkembang saat ini belum tentu menguntungkan mereka. Sementara, obat mereka belum tentu juga salah,” sambungnya.
Berikutnya, yang tidak penting menurut Saleh, Kepolisian RI bersama BPOM dan Kemenkes segera melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. Kalau terbukti ada kesalahan dan unsur kesengajaan, maka harus segera ditindak tegas sesuai aturan hukum yang berlaku.
“Harus ada upaya sungguh-sungguh agar mereka bisa sembuh dan sehat kembali,” tutupnya
Terpisah, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah pencegahan. Berdasarkan hasil review patologi menyatakan penyakit ini sangat kecil kemungkinannya disebabkan oleh virus atau bakteri. Selain itu kurang dari 1 persen, penderita dinyatakan positif virus covid-19.
“Begitu 5 Oktober langsung kita lakukan analisa toxicology, karena lebih mengarah ke zat kimia. Jadi positif 70 persen orang yang kena itu disebabkan oleh adanya zat kimia di tubuhnya,” kata Budi.
Kemenkes, lanjut Budi, juga telah melakukan pengecekan ke rumah pasien penderita gangguan ginjal akut. Hasilnya, obat-obatan yang berada di rumah pasien memang mengandung senyawa kimia yang berbahaya.
“Kita menyimpulkan bahwa benar, penyebabnya adalah obat-obat kimia yang merupakan cemaran,” kata dia. (ach/fat)