Jakarta (pilar.id) – Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan Sardjito menyampaikan, keuangan syariah bukan hanya untuk orang Islam saja. Karena itu, pihaknya terus mendorong agar jasa keuangan syariah lebih mengedepankan value.
“Kita harus membuktikan bahwa keuangan syariah akan lebih baik dari yang konvensional atau sekurang-kurangnya sama dengan konvensional,” kata Sarjito dalam diskusi dengan media secara virtual, di Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Bagi seorang muslim, dorongan utama agar seseorang menggunakan jasa keuangan syariah adalah menyesuaikan dengan aturan agama yang dianutnya. Sementara itu, bagi pemeluk agama lain memandang keuangan syariah lebih tahan dari krisis dan memberikan rasa keadilan.
“Sehingga nantinya masyarakat Indonesia pada umumnya tidak dibatasi oleh umur maupun profesi. Mereka benar-benar paham bahwa keuangan syariah memang bagus dan dapat diandalkan,” kata dia.
Sementara itu Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, tren perbankan syariah ke depan cukup positif. Meskipun kalau dilihat dari market share saat ini masih terbilang kecil dibandingkan produk perbankan konvensional.
“Isu market share menjadi tantangan karena selama pandemi kenaikan hanya sekitar 0,5 persen,” kata Banjaran.
Berdasarkan data statistik, market share perbankan syariah bergerak pelan namun pasti mengalami kenaikan. Mulai dari tahun 2017, market share perbankan syariah hanya sebesar 5,8 persen, 2018 menjadi 5,9 persen, lalu berturut-turut 2019 menjadi 6,2 persen, 2020 menjadi 6,5 persen, dan pada 2021 menjadi 6,7 persen.
“Tapi kami melihatnya ke depan sebagai peluang bahwa masih banyak ruang perbankan syariah bisa tumbuh di tengah penetrasi yang belum maksimal,” katanya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan keuangan syariah bergerak lamban. Faktor-faktor tersebut adalah rendahnya penetrasi perbankan syariah, lemahnya daya saing, jaringan yang terbatas, literasi dan inklusi keuangan yang masih rendah.
Hingga 2020 jumlah jaringan bank konvensioal sudah sebanyak 28.342, sedangkan bank syariah hanya 2.664. “Maka jika dibandingan layanan syariah dengan jumlah penduduk 1:101.426. Sedangkan bank konvensioal 1:7.951,” kata Banjaran.
Ditambahkan Banjaran dari segi inklusi keuangan, pada tahun 2019 bank konvensional sudah mencapai 76,2 persen, sedangkan bank syariah baru 9,1 persen. Untuk literasi keuangan bank konvensional sendiri, sudah mencapai 38,0 persen dan bank syariah baru 8,93 persen. (ach/hdl)