Jakarta (pilar.id) – Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, mengungkapkan bahwa kinerja pasar modal Indonesia terus mencatat pertumbuhan yang positif, menjadikan negara ini memiliki nilai kapitalisasi tertinggi di kawasan ASEAN.
Pertumbuhan positif ini tercermin dalam sejumlah indikator, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai 6.875,11 poin per 9 Agustus 2023, dengan pertumbuhan sebesar 0,36 persen secara year to date (ytd). Nilai kapitalisasi pasar juga mencapai Rp10.040 triliun atau mengalami peningkatan 5,70 persen secara ytd.
“Ini menjadikan Indonesia memiliki nilai kapitalisasi pasar tertinggi di kawasan ASEAN. Pada awal kuartal III tahun 2023, kapitalisasi pasar mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni Rp10.078 triliun pada 26 Juli 2023,” ungkap Inarno dalam acara puncak peringatan 46 tahun kembali aktifnya Pasar Modal Indonesia.
Acara tersebut mengangkat tema ‘Bersinergi untuk Indonesia Maju dan Pembangunan Berkelanjutan’ yang diadakan di Bursa Efek Indonesia, Kamis (10/8/2023).
Selain itu, Inarno juga menyoroti peningkatan aktivitas penghimpunan dana selama tahun 2023. Sampai dengan 9 Agustus 2023, OJK telah mengesahkan Pernyataan Efektif untuk 141 penawaran umum dengan total emisi senilai Rp165,22 triliun, di mana 57 di antaranya berasal dari emiten baru. Indonesia saat ini memiliki jumlah emiten terbanyak di kawasan ASEAN dan berada di peringkat ke-4 secara global.
Inarno juga menyebutkan bahwa jumlah investor terus tumbuh lebih dari 4 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Saat ini, jumlah Single Investor Identification (SID) mencapai 11,46 juta, mengalami peningkatan sebesar 11,15 persen ytd. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada investor Reksa Dana, dengan mayoritas berasal dari kalangan milenial dan generasi Z di bawah usia 30 tahun, mencapai sekitar 57,26 persen.
Lebih lanjut, Inarno mengungkapkan pertumbuhan yang positif dalam kinerja reksa dana. Hingga 8 Agustus 2023, Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana meningkat sebesar 3,36 persen dari Rp504,86 triliun pada 30 Desember 2022 menjadi Rp521,83 triliun. Sementara itu, dana kelolaan Industri Pengelolaan Investasi (termasuk KIK EBA-SP dan dana Tapera) juga mengalami peningkatan sebesar 2,58 persen dari Rp827,94 triliun pada 30 Desember 2022 menjadi Rp848,87 triliun.
“Ini memberikan optimisme bagi industri pasar modal SCF (Sustainable and Creative Financing) yang saat ini juga menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Total dana yang berhasil dikumpulkan melalui SCF telah bermanfaat bagi 433 pelaku UMKM, dengan total dana sebesar Rp931,88 miliar dari 157.970 investor melalui 16 platform penyelenggara SCF,” tambahnya. (usm/hdl)