Surabaya (pilar.id) – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dan PATH, mengadakan pertemuan di ruang sidang wali kota pada Senin (25/3/2024). Pertemuan tersebut membahas kick off dan diseminasi hasil assessment penerapan integrasi layanan primer (ILP) kesehatan di Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa kick off dan diseminasi hasil assessment penerapan ILP ini adalah bagian dari upaya peningkatan pelayanan kesehatan di Surabaya. Ia berharap pelayanan kesehatan di Puskesmas bisa terintegrasi hingga ke Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Posyandu di Balai RW. Eri ingin setiap kelurahan memiliki dua pusat pelayanan kesehatan pada tahun 2024, melalui Pustu dan Posyandu.
“Saya ingin pelayanan itu tidak hanya terpusat di Puskesmas, tetapi juga ada di Pustu, sehingga setiap kelurahan memiliki satu pusat pelayanan. Jadi tidak hanya terpusat di Puskesmas, di tahun 2024 ini setiap posyandu tidak hanya melakukan pos pelayanan keluarga tetapi juga pelayanan kesehatan,” kata Wali Kota Eri.
Menurut Eri, di tahun 2025, semua pelayanan di masing-masing wilayah, mulai dari Pustu hingga Posyandu, akan menjadi tempat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, di setiap RW akan ada dua petugas kesehatan, yakni satu bidan dan satu perawat.
Eri menyampaikan terima kasih kepada Kemenkes RI dan PATH atas bantuannya dalam penerapan ILP di Surabaya. Ia berharap arahan dan bimbingan yang diberikan dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang maksimal dan terintegrasi.
“Kami matur nuwun atas bantuan Kemenkes dan juga partner PATH ini untuk melakukan kick off dan diseminasi ini untuk menyempurnakan apa yang sudah kami lakukan. Karena harapan kami, di Surabaya ini bisa maksimal kesehatannya, karena kesehatan itu penting, karena kalau kesehatan itu terjaga, maka akan muncul jiwa-jiwa yang kuat,” ujar Eri.
Eri menambahkan bahwa pelayanan kesehatan di Pustu hingga Posyandu sudah dapat dimulai pada tahun 2024. Pada tahun ini, akan ada 2 Posyandu dan 153 Pustu di seluruh kelurahan yang mulai membuka layanan kesehatan. “Jadi ada perawat dan bidannya, semoga bisa terus berkembang,” tambahnya.
Perwakilan dari Direktorat Jenderal (Dirjen) Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, Ni Made Diah, menyatakan bahwa visi Eri dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sehat dengan mendekatkan pelayanan kesehatan di tingkat RW sejalan dengan kebijakan Kemenkes RI.
“Kita akan mendukung, dari Kemenkes akan menyiapkan, karena sudah sejalan dengan kebijakannya dan instrumen layanan, pedomannya saya rasa sudah sejalan dengan Pak Wali, dalam mendeteksi dini masalah kesehatan,” kata Diah.
Diah juga mengapresiasi inisiatif Eri dalam mempersiapkan nakes di tingkat pelayanan kesehatan Posyandu. Menurutnya, hal itu adalah langkah terdepan di Kota Surabaya, bahkan belum pernah ada di daerah lainnya.
Irene Sirait, Chief Representatif Path untuk Indonesia, menambahkan bahwa PATH akan memberikan pendampingan kepada Kader Surabaya Hebat (KSH) hingga tahun 2025. Nantinya, kader-kader tersebut akan menerima 25 keterampilan dasar.
“25 keterampilan dasar itu ada lima komponen, diantaranya keterampilan pengelolaan Posyandu, jadi kader mesti terampil mengelola Posyandu. Dia menyelenggarakan hari buka tiap bulan dan menyelenggarakan kunjungan rumah, dia juga berkoordinasi ke Pustu hingga terampil dalam melakukan pelayanan terhadap ibu,” jelasnya.
KSH juga diajari bagaimana cara terampil dalam melayani bayi dan balita. Kemudian, terampil dalam memberikan pelayanan terhadap anak-anak dan remaja. “Sedangkan yang kelima, yakni terampil dalam memberikan pelayanan terhadap orang dewasa dan lanjut usia,” pungkasnya. (rio/hdl)