Temanggung (pilar.id) – Kondisi georafis Kabupaten Temanggung yang berupa pegunungan dengan lereng, tebing, dan jurang, serta minimnya cagar alam seperti pepohonan dan rumpun bambu yang melindungi permukiman, menjadi salah satu penyebab tingginya potensi bencana di Kabupaten ini.
Bupati Temanggung, M. Al Khadziq mengungkap potensi bencana di wilayah Kabupaten Temanggung meliputi bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, kebakaran hutan maupun bencana non-alam.
“Bencana non alam seperti pandemi, kegagalan teknologi, konflik sosial yang dapat terejadi sewaktu-waktu,” kata Khadziq, Selasa (15/11/2022).
Menurutnya, salah satu kelompok rentan yang terdampak bencana yakni lansia, ibu dan anak-anak. Kelompok ini, seharusnya dapat lebih terlindungi, minimal memahami dan mampu melaksanakan prinsip-prinsip penyelamatan diri ketika bencana terjadi.
“Oleh karena itu, penting adanya sosialisasi, edukasi, dan pelatihan mitigasi bencana secara masif terhadap seluruh komponen masyarakat,” tambahnya.
Pelatihan tersebut, kata Khadziq untuk mengurangi risiko bencana dengan menyelenggarakan latihan atau simulasi kesiapsiagaan bencana sesuai situasi, kondisi, dan potensi ancaman bencana di lingkungan kerja masing-masing.
“Saya harap melalui latihan dan simulasi berkala masyarakat dapat lebih siap dan memiliki pengetahuan yang memadai untuk menghadapi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi,” ucapnya.
Selain itu, lanjutnya masyarakat juga harus mengetahui jalur dan tempat evakuasi, sebagai perlindungan diri yang paling aman sehingga dapat meminimalisir jumlah korban. Adanya peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan merupakan salah satu upaya mitigasi bencana menuju Indonesia tangguh bencana.
“Saya minta kepada forum pengurangan risiko bencana (FPRB) baik di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten untuk dapat berperan aktif dalam mengorganisir kegiatan kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat secara masif agar tujuan besar program ini dapat tercapai,” tegasnya.
Sementara, saat kondisi terjadi bencana kegiatan dapur umum, pemenuhan air bersih dan sanitasi harus diutamakan, pasalnya hal tersebut menjadi kebutuhan dasar bagi pengungsi. Selain itu juga, dengan pendekatan psikologi untuk memulihkan efek traumatis pascabencana. (riz/hdl)