Yogyakarta (pilar.id) – Perhelatan pameran Indonesia Green Forestry Environment Expo 2023 yang berlangsung pada 2 hingga 5 Maret 2023 di Jogja Expo Center (JEC), jadi ajang kampanye Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mensukseskan upaya mereka mengendalikan perubahan iklim.
Dimana, upaya pengendalian perubahan iklim tersebut hendak dilakukan oleh KLHK melalui Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink tahun 2030. Dimana, KLHK nantinya akan menjalin sinergi dan kolaborasi antara sektor kehutanan dengan industri.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (Ditjen PHL) KLHK RI, Agus Justianto mengatakan tema FOLU Net Sink 2030 merupakan manifestasi dari semangat dan optimis semua pihak untuk mengakselerasi tindakan pengendalian perubahan iklim.
“Indonesia terus memperkuat aksi-aksi lapangan dengan Leading by Example untuk berbagai aksi nyata baik terkait konservasi tanah taman hayati, pengelolaan hutan lestari pengendalian pencemaran lingkungan maupun isu global terkait perubahan iklim dan juga kerusakan lingkungan,” ungkapnya disela pembukaan pameran, Kamis (2/3/2023).
Menurutnya, semua masyarakat harus bersinergi memperteguh komitmen dan tanggung jawab dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan. Pasalnya, saat ini bumi tengah menghadapi tantangan tiga lipat atau triple Planets Crisis yakni perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati dan polusi.
“Ketiganya saling terkait dan sangat mendesak untuk diatasi, tidak ada pilihan lain selain bekerja sama untuk melakukan akselerasi aksi-aksi nyata memerangi tantangan tersebut,” tambahnya.
Agus menjelaskan, Indonesia FOLU Net Sink 2030 merupakan sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui penurunan emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain dengan kondisi tingkat serapan sama atau lebih tinggi dari tingkat emisi.
“Program ini menjadi panduan Indonesia dalam melakukan aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta juga merupakan bagian dari aspirasi Indonesia menuju long-Term Strategy for Low Carbon and Climate Resilience (LTS-LCCR) pada tahun 2050,” bebernya.
Adapun dasar kebijakan utama dari Indonesia FOLU Net Sink 2030 yakni Sustainable Forest Management (SFM) atau pengelolaan hutan lestari, Environmental Governance atau tata kelola lingkungan dan Carbon Governance atau tata kelola karbon.
“Sasaran yang ingin dicapai melalui Indonesia FOLU Net Sink 2030 yaitu tercapainya tingkat emisi gas rumah kaca sebesar minus 140 juta ton karbon dioksida ekuivalen tercapai pada tahun 2030,” tegasnya.
Menurutnya, Indonesia FOLU Net Sink 2030 dapat dicapai melalui 15 aksi mitigasi sektor volume seperti pengurangan laju deforestasi lahan mineral dan gambut, pengurangan laju degradasi hutan lahan mineral, pengurangan laju degradasi hutan lahan gambut, pembangunan hutan tanaman, dan lainnya.
Lebih lanjut, kata Agus pameran ini juga mengajak pengunjung menyaksikan berbagai produk hasil hutan kayu dan bukan kayu yang bersumber dari praktek pengelolaan hutan lestari, upaya-upaya perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistem, serta kisah sukses ke pemberdayaan masyarakat sekitar hutan melalui kemitraan kehutanan.
“Saya meyakini bahwa melalui pameran ini kita bersama-sama dapat saling berbagi informasi tentang berbagai upaya yang kita lakukan baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, Non-Governmental Organization (NGO), akademisi hingga masyarakat,” tandasnya. (riz/fat)