Surabaya (pilar.id) – Sejumlah mahasiswa Universitas Airlangga berhasil melewati seleksi program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) dan diterima di berbagai universitas di luar negeri.
Salah satunya adalah Jaza Nabila Taufik, mahasiswi dari Fakultas Psikologi (FPsi) UNAIR. Melalui program IISMA, Jaza mendapatkan kesempatan untuk belajar di Yale University, Amerika Serikat (AS), dan telah menjalani satu bulan masa studi yang aktif di sana.
Kehadiran Jaza sebagai salah satu penerima IISMA merupakan suatu kebanggaan. Ia telah memiliki impian untuk belajar di salah satu perguruan tinggi bergengsi, termasuk Yale University.
Program IISMA menjadi jembatan bagi Jaza untuk mewujudkan impian tersebut. Sudah sejak awal, ia sangat berdedikasi dalam mengikuti seluruh tahapan seleksi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).
“Sejak lama, salah satu impian saya adalah belajar di salah satu perguruan tinggi bergengsi, termasuk Yale University. Bisa dikatakan bahwa IISMA memberi saya kesempatan untuk mencapai impian itu. Oleh karena itu, dengan semangat saya mendaftar program ini,” ujar Jaza, Jumat (14/7/2023).
Jaza mengungkapkan bahwa di Yale University, ia mengalami banyak hal baru terutama dalam hal budaya akademik. Misalnya, sistem pembelajaran di kelas yang ia ikuti sangat berbeda dengan sistem pembelajaran di Indonesia.
“Contohnya, dalam kelas antropologi yang saya ambil, karena hanya ada 15 mahasiswa, metode pembelajarannya mirip seperti seminar, tidak ada ceramah dari dosen. Mahasiswa dan dosen duduk melingkar dan saling berpendapat, memberikan masukan, dan berbagi pengetahuan baru tentang bahan bacaan yang dibahas hari itu,” jelasnya.
Di samping itu, sistem percakapan dalam lingkungan akademik di Yale juga menimbulkan budaya yang berbeda. Jika di Indonesia panggilan “Pak,” “Bu,” atau “Prof” adalah hal yang umum dalam budaya akademik, namun berbeda di negara Amerika Serikat.
“Awalnya saya agak terkejut dengan budaya bahasa mereka di sini. Ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, rasanya seolah kita sebaya. Jadi, kita tidak perlu menggunakan ‘Pak,’ ‘Bu,’ atau ‘Prof’ untuk memanggil para dosen, cukup menyebutkan nama depan mereka saja,” tambahnya.
Selama belajar di Yale University, Jaza mengaku menjadi lebih suka bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain. Di sana, terdapat berbagai fasilitas dan program yang membantu mahasiswa menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan sosial.
“Kami didorong untuk mencapai keseimbangan antara belajar dan bersosialisasi di sini. Misalnya, ada program bernama Yale Summer Session. Panitia program ini merencanakan kegiatan-kegiatan mingguan bagi mahasiswa, seperti olahraga bersama, malam karaoke, kunjungan ke kafe kucing, bahkan perjalanan keluar kota,” ungkapnya.
Jaza berharap melalui program IISMA ini, ia dapat memperoleh banyak pelajaran, pengetahuan, dan wawasan baru. Baginya, akan sia-sia jika ia tidak memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk berkembang di sana.
“Akan merugikan jika kembali ke Indonesia tanpa pengembangan diri yang mencukupi. Oleh karena itu, saya berharap agar tetap konsisten dengan kebiasaan-kebiasaan baik yang saya temukan di sini, terutama dalam hal pembelajaran, agar nantinya bisa diterapkan juga di Indonesia,” tutupnya. (ret/hdl)