Yogyakarta (pilar.id) – Setelah tiga tahun ditiadakan karena pandemi, Keraton Yogyakarta kembali menggelar Hajad Dalem Garebeg Sawal Ehe 1956 Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat saat peringatan Idul Fitri 1444 H pada 1 Sawal atau Sabtu (22/4/2023).
Penghageng Kawedanan Widya Budaya, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Rintaiswara mengatakan tradisi garebeg merupakan simbol hajat dalem yang bermakna bentuk kedermawanan raja Ngayogyakarta Hadiningrat kepada rakyatnya.
“Garebeg berasal dari bahasa jawa yang berarti berjalan bersama-sama di belakang Ngarsa Dalem atau orang yang dipandang seperti dia. Garebeg kali ini merupakan hajad dalem yang dilaksanakan pada bulan sawal dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri,” ungkapnya.
Diketahui, dalam satu tahun Keraton Yogyakarta menggelar tiga kali upacara Garebeg yakni Garebeg Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad, Garebeg Sawal menandai akhir bulan puasa, dan Garebeg Besar untuk memperingati hari raya Idul Adha.
KRT Rintaiswara menjelaskan, Ngarsa Dalem mengeluarkan sedekah berupa makanan dan berbagai hasil bumi yang dirangkai satu dan ditata sedemikian rupa dimana menggambarkan nagari Kasultanan Ngayogyakarta sehingga menyerupai sebuah gunung, oleh karena itu disebut gunungan.
Menariknya, bahan utama pembuatan gunungan berasal dari ketan. Karena sifatnya yang lengket, ketan mengandung makna bahwa Garebeg dan gunungan dapat membuat rakyat dan raja dapat saling erat terikat.
“Ada tujuh gunungan yang terdiri dari lima jenis yaitu tiga gunungan lanang, dan masing-masing satu gunungan wadon, gunungan gepak, gunungan pawuhan dan gunungan dharat,” terangnya.
Lebih lanjut, gunungan tersebut selanjutnya dibagi di tiga tempat yakni Masjid Gedhe Kauman, Kompleks Kepatihan dan Puro Pakualaman. Adapun kegiatan ini merupakan rangkaian prosesi yang sebelumnya telah dilakukan yaitu upacara Numplak Wajik pada Rabu (19/4/2023) dan Gladhi Resik Prajurit pada Kamis (20/4/2023).
“Untuk membuat gunungan, upacara tiga hari sebelum garebeg ada upacara Numplak Wajik yang menandai awal pembuatan gunungan yang dibuat di Panti Parden, Magangan sekitar pukul 15.30 WIB yang diawali bunyi gejok lesung,” urai Dia.
Di samping itu, nantinya prosesi hajad dalem ini akan dilanjutkan dengan Ringgitan Bedhol Songsong atau pertunjukkan wayang kulit semalam suntuk di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran pada Sabtu (22/4/2023) pukul 19.30 WIB, serta Ngabekten yang digelar tertutup pada Sabtu-Minggu 22-23 April 2023 di Keraton Yogyakarta. (riz/hdl)