Solo (pilar.id) – Wali Kota Surakarta dan calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Gibran Rakabuming Raka, menyikapi tudingan mengenai ijazah palsu yang diarahkan kepadanya dengan santai. Gibran menyatakan bahwa ia menganggap hal tersebut sebagai bahan lucu dan tidak merasa dirugikan.
Dalam konfirmasinya di Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada Senin, Gibran menegaskan bahwa ia tidak merasa dirugikan oleh tuduhan tersebut. “Enggak, saya anggap lucu-lucuan, karena baru sekarang dipermasalahkan,” ujar Gibran.
Gibran juga menekankan bahwa jika ijazahnya memang palsu, seharusnya hal tersebut telah menjadi permasalahan sejak awal, terutama saat pendaftaran sebagai calon presiden dan wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. “Ini saya sudah upload (unggah) di KPU,” tambahnya.
Menanggapi anggapan bahwa tudingan ini merupakan bagian dari kampanye hitam, Gibran mengatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang biasa terjadi dalam kontestasi politik. “Ya, biasa. Makanya, tak (saya) bawakan ijazahnya,” jelasnya.
Gibran juga mengomentari isu bahwa ia merupakan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), menyatakan bahwa hal itu tidak perlu dianggap sebagai suatu permasalahan yang besar. “Saiki usume (sekarang sedang marak tudingan) Gibran lulusan SMK, lha nek (kalau) lulusan SMK kenapa tho? Kan lulusan SMK juga bagus. Tetapi ini untuk sertifikat dan lain-lain, (ijazah) S1 ada di sini. Saya bawakan biar teman-teman media bisa lihat bentuk aslinya, pegang fisiknya,” kata Gibran sambil menunjukkan ijazah lulusan program sarjana miliknya.
Fakta Tudingan Ijazah Palsu
Emil Elestianto Dardak, juru bicara Gibran Rakabuming Raka, dalam tanggapannya menjelaskan beberapa fakta terkait isu ijazah palsu. Emil menyatakan prihatin atas tuduhan tersebut dan menekankan pembelaannya bukan semata karena posisinya sebagai juru bicara, melainkan karena pengalamannya yang mirip dengan Gibran dalam pendidikan.
“Saya sebagai seseorang yang kisahnya sama, bahwa Mas Gibran itu ambil program O level di Singapura, saya juga dulu ambil O level di Singapura. Mas Gibran sekolah di private college, sebuah perguruan tinggi yang menjalankan program gelar bekerja sama dengan universitas dari Inggris atau Australia,” ungkap Emil.
Emil menambahkan bahwa banyak penjelasan telah diberikan terkait alur pendidikan yang dijalani oleh Gibran dan dirinya. Hal ini mencakup pengakuan kesetaraan ijazah dari DIKTI yang menjadi dasar pendidikan yang ditempuh. “Atas dasar kesamaan tersebut, saya bisa memahami, mungkin bagi sebagian pihak mereka bertanya-tanya sebenarnya seperti apa? Alhamdulillah sudah banyak penjelasan, termasuk pengakuan kesetaraan ijazah dari DIKTI,” tambah Emil.
Isu mengenai ijazah palsu pertama kali muncul di media sosial melalui akun @DokterTifa yang menuduh Gibran memiliki ijazah palsu dari program Insearch di University of Technology Sydney (UTS), Australia, dan disebut tidak berkuliah di UTS, hanya mengikuti kursus setara SMK. (hdl)