Jakarta (pilar.id) – Kata Perjuangan di nama PDI Perjuangan, menurut Emha Ainun Najib sudah saatnya untuk diubah. Cendekiawan muslim yang juga luas dikenal sebagai budayawan ini, mengusulkan untuk mengganti kata Perjuangan dengan Pengayoman.
”Perjuangan PDI ini sudah selesai. PDI P sudah berkali-kali menang. Sekarang, sudah saatnya PDI P menjadi partai pengayoman. Levelnya sudah mengayomi tidak lagi perjuangan,” tegas pria yang kerap disapa Cak Nun ini.
Peran PDI P menurut Cak Nun, sekarang sudah bukan lagi menjadi oposisi atau melawan siapapun. Tetapi, mengayomi rakyat Indonesia terutama mereka yang miskin dan kurang mampu.
Cak Nun juga berharap bahwa PDI P nantinya akan bisa menjadi bagian ketika Indonesia benar-benar menjadi pemimpin yang membawa kemajuan di dunia. Sebab, Indonesia ini adalah negara dan bangsa yang memiliki potensi besar. Namun, selama ini belum bisa dimaksimalkan.
”Saya kira, karena selama ini Presidennya belum tepat saja,” tambah Cak Nun disambut tawa para peserta Sinau Bareng dengan tema “Kebangsaan dan Kenegarawanan” bersama PDI P di Masjid At-taufiq, Lenteng Agung yang didirikan oleh Puan Maharani, Minggu (10/4/2022).
Kehadiaran Cak Nun di acara PDI P pun sempat menimbulkan banyak pertanyaan di masyarakat. Hal ini juga disadari dan diketahui oleh Cak Nun. Namun, ia menegaskan bahwa kedatangannya bukan untuk membawah perkara politik. Bukan juga berarti ia kini membela atau masuk ke PDI P.
Tetapi, kedatangan Cak Nun adalah untuk menghadiri undangan dari Presiden Ke-5 Indonesia, Megawati Soekarno Putri. Bahkan, menurut penuturan Cak Nun, Megawati sudah memintanya datang sejak tiga tahun yang lalu.
“Malam ini bukan acara PDI P untuk PDI P. Bukan acara untuk kepentingan politik praktis. Ini adalah acara kebersamaan rakyat bersama Bangsa Indonesia. Niatnya, bukan untuk PDI P, tetapi agar PDI P lebih bisa belajar mengindonesia,” jelas Cak Nun.
Dalam kesempatan tersebut, Cak Nun juga memberikan kesempatan kepada para peserta Sinau Bareng untuk mengajukan pertanyaan pada Ketua DPR RI, Puan Maharani.
“Saya memiliki cita-cita untuk menjadi bagian dari kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Sekecil apapun, saya ingin memiliki kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Indonesia dan kemajuan Indonesia,” terang Puan Maharani ketika ditanya mengenai apa cita-cita Puan Maharani, oleh salah satu jamaah Maiyah yang datang ke acara tersebut.
Setelah berdialog dan mendengar bagaimana Puan Maharani menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta. Cak Nun mengakui jika sosok Puan Maharani ternyata lebih legowo, lebih bijak, dan lebih dewasa dari yang selama ini ia bayangkan.
“Saya menemukan Mbak Puan ini jauh lebih dewasa daripada yang saya sangka. Jauh lebih tajam pikirannya daripada yang saya sangka, dan jauh lebih sareh atau bijaksana daripada yang saya duga-duga. Jadi, saya bersyukur dan yang paling saya kagumi acara berlangsung karena kebesaran jiwanya Bu Mega,” ujar Cak Nun.
Sementara itu, Puan berterima kasih atas kehadiran dan pesan yang disampaikan Cak Nun. Kepada Cak Nun, Puan juga menyampaikan salam dari Presiden Ke-5 RI yang juga Ketua Umun PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
“Sekolah Partai PDI Perjuangan sekarang berhadapan dengan Masjid At-Taufiq. Artinya kepedulian kita bersama umat Islam untuk bisa terus bisa bersinergi dan bergotong royong. Seperti harapan Cak Nun agar PDI Perjuangan bisa mengayomi seluruh warga bangsa,” kata Puan.
Puan secara khusus bersyukur Masjid At-Taufiq, yang dibangun untuk mengenang ayahnya Taufiq Kiemas, akhirnya bisa dibuka setelah tertunda karena pandemi COVID-19. (fat)